Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah wujud dari revitalisasi seni asli Indramayu
Revitalisasi tradisi adalah masalah yang kerap muncul di dunia seni dan budaya, terutama berkenaan dengan fakta bahwa kekayaan budaya Indonesia yang begitu potensial tidak didukung oleh dua hal krusial: kebijakan kultural maupun infrastruktur kesenian yang memadai.
Hal ini pula lah yang menjadi motivasi merevitalisasi karya seni yang sekarang ini mulai digemari lagi oleh kawula muda khususnya pelajar yaitu tari topeng Indramayu. Kini di sekolah-sekolah di Indramayu mulai dari tinggkat SD samapai tingkat SMA/SMK sudah banyak yang menggeluti kegiatan ekstrakurikuler seni, khususnya tari topeng.
Di tahun 1999, Mimi Rasinah mendirikan Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, sebagai wadah pendidikan informal bagi mereka yang tertarik belajar tari topeng aliran ini.
Seperti kita ketahui sepeninggal sang maestro topeng Indramayu, Mimi Rasinah pada 2010 yang lalu, kini seni tari topeng Indramayu diteruskan oleh Cucunya yaitu Aerli Rasinah dengan meneruskan Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah di Pekandangan-Indramayu. Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah ini yang nantinya akan melahirkan bibit-bibit baru pelestari tari topeng Indramayu, dan dari hasil kerja keras Aerli Rasinah sebagai penerus ini sanggar ini sudah mempunyai ratusan murid terutama usia pelajar.
Mimi Rasinah semasa hidupnya, mengamati cucu-cucunya berlatih tari topeng Indramayu |
Tari Topeng Indramayu seperti yang diwarisi dan dilestarikan oleh Mimi Rasinah adalah warisan yang diturunkan langsung oleh Lastra, ayah Rasinah. Pada zaman keemasannya, Tari Topeng Indramayu adalah bagian erat dari siklus kehidupan masyarakat Indramayu. Namun, ketika “ditemukan” oleh Toto Amsar, seorang dosen STSI Bandung, empat belas tahun silam (1994), Mimi Rasinah sudah berhenti menari selama puluhan tahun dan tidak memiliki kelompok pemusik pengiring. Ia juga hidup dalam situasi yang minimum.
Perhatian dunia akademisi atas bentuk-bentuk ekspresi lokal menyuntikan darah baru sehingga Mimi Rasinah pun mendapat kesempatan untuk menari kembali dan berpentas di banyak tempat, baik di dalam maupun luar negeri. Toto Amsar dan etnomusikolog Endo Suanda mengambil inisiatif mempertemukan Rasinah dengan kelompok pimpinan dalang topeng Taham (ayah dari Wangi Indriya, penari topeng Indramayu lainnya). Mereka juga menggalang dana agar kehidupan Mimi Rasinah bisa diperbaiki (renovasi rumah, pendirian sanggar tari sederhana hingga masuknya Aerli menjadi mahasiswa di STSI Bandung).
Pembuat film Rhoda Grauer pun membuat sebuah dokumentasi tentang Mimi Rasinah, berjudul Enchanted Mask (2004) yang merekam sebagian perjalanan hidupnya, terutama sejak ia ditemukan kembali oleh kedua akademisi tadi.
Semasa hidupnya Mimi Rasinah meminta kesediaan Aerli untuk belajar sungguh-sungguh dan meneruskan tradisi yang memang diwarisi di dalam keluarga secara turun temurun dalam sebuah seremoni simbolis dengan pentas di pelataran di dalam kompleks makam Sunan Gunung Jati.
Dengan urut kacang, Mimi Rasinah pun menurunkan kesenian ini pada anak, menantu perempuan, cucu, bahkan juga buyutnya. Pertama-tama adalah kepada anak perempuan semata wayang, Wacih (44), lantas ke Aerli (anak Wacih, 22 tahun) serta Rani Fitriani (5,5 tahun) ketiganya melakukan pentas di pertunjukan perdana di Jakarta ada dua tahun yang lalu, hal ini sebagai upaya dimulainya revitalisasi seni tari topeng Indramayu.
Tari Topeng Indramayu sejauh ini kelihatan berhasil menemukan tempatnya lagi, sebuah konteks baru di komunitas nya sendiri. Dengan sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah ini wujud dari revitalisasi seni asli Indramayu.
Berikut adalah macam-macam karakter tari topeng Indramayu:
Tari Topeng Panji yaitu menggambarkan tentang sifat mutmainnah bayi yang baru lahir, atau perwujudan dari awal mula berlangsungnya hidup di dunia, sehingga pada gerakan tari topeng panji gerakannya mirip dengan bayi.
Tari Topeng Samba yaitu menggambarkan sifat keremajaan, sehingga dalam tari topeng samba banyak gerakan-gerakan yang genit (ganjen) yang mencerminkan sifat remaja.
Tari Topeng Tumenggung yaitu menggambarkan tentang kepatihan kecirebonan, sehingga gerakan dalam tari topeng tumenggung layaknya seorang patih atau tumenggung kerajaan yang gagah.
Tari Topeng Kelana yang menggambarkan emosi dan angkara murka atau menggambarkan tentang sifat seorang raja yang tamak dan serakah.
Tari Topeng Kelana Udeng yaitu merupakan kelanjutan dari tari topeng kelana yang memiliki sifat atau penggambaran yang sama dengan tari topeng kelana tapi dalam tari topeng kelana udeng sang penari tidak menggunakan penutup kepala Sobra, melainkan hanya menggunakan udeng atau ikat kepala dari kain.
Demikianlah sejarah perjalanan tari topeng beserta macan-macam karakter tari topeng Indramayu yang saya tulis secara singkat yang diambil dari berbagai Narasumber semoga bermanfaat.