4 Alasan Kenapa Sebuah Negara Tidak Mencetak Uang Sebanyak-banyaknya
Masalah perekonomian di Indonesia seringkali diberitakan memburuk. Indonesia pun dari dulu merdeka masih menjadi negara berkembang, belum beranjak menjadi negara maju.
Karena masalah ini, seringkali kita berfikir kenapa Indonesia tidak mencetak uang yang banyak agar bisa membayar semua hutang dan membiayai negara secara menyeluruh, juga agar Indonesia terbebas dari kemiskinan? Tapi ternyata, mencetak uang sebanyak-banyaknya bukanlah solusi untuk mengatasi perekonomian Indonesia.
Sebagian orang mungkin berpikir, kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya? Walaupun, mengalami masalah kekurangan uang, ‘kan? Negara pun mempunyai otoritas mencetak uang melalui Bank Indonesia. Dengan uang yang melimpah, utang jadi bisa dibayarkan, rakyat tidak lagi miskin, masalah ekonomi lain juga bisa terselesaikan. Tapi ternyata mencetak uang tidak sesederhana itu. Ada banyak aspek yang memengaruhi. Bahkan kalau negara nekat mencetak banyak uang baru, malah bisa menjadi miskin! Lho kok bisa? Daripada penasaran mending simak ulasan berikut ini yang dirangkum dari Hipwee berikut ini.
1. Banyaknya uang yang dicetak dan dibagikan cuma-cuma membuat masyarakat jadi konsumtif.
Logikanya, jika setiap masyarakat di Indonesia tiba-tiba diberi uang Rp100 juta, mereka akan berubah jadi konsumtif dan membeli apa yang sebelumnya tidak bisa dibeli, misalnya aja membeli mobil. Hal itu akan membuat permintaan akan mobil jadi naik. Otomatis produsen mobil bekerja keras meningkatkan produksi mobilnya. Kalau tidak mampu mengikuti permintaan pasar, ketersediaan mobil di pasaran jadi habis. Soalnya menaikkan jumlah produksi itu ya berarti harus menambah jumlah pekerja, upah mereka, dan lain-lain. Pada akhirnya juga sama aja kan?
2. Daya beli yang tinggi, akan membuat harga barang naik.
Untuk kasus mobil di atas, produsen sebenarnya masih punya pilihan lain, yaitu menaikkan harga barang jualannya! Dan tidak cuma berlaku untuk kendaraan saja, barang kebutuhan pokok juga bakalan naik gila-gilaan.
Pasalnya, jika uang dicetak terlalu banyak, maka otomatis penduduk akan memegang banyak uang. Dengan begitu, kemampuan membeli kita tinggi dan barang yang akan kita beli menjadi berkurang. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan inflasi. Yaitu kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang.
Salah satu negara yang pernah mengalami inflasi besar-besaran adalah negara di Afrika yaitu Zimbabwe. Negara ini pernah mengambil kebijakan serupa tentang pencetakan uang ini. Pada 2008, Zimbabwe mencetak uang dalam jumlah banyak. Tujuanya untuk memperbanyak pegawai negeri. Akibatnya mata uang negara ini terus mengalami keterpurukan. Di sana, harga telur aja bisa mencapai 100 miliar dolar Zimbabwe! Kebayang ‘kan ada berapa banyak uang yang beredar di sana hingga mengakibatkan inflasi ini.
3. Karena merasa punya banyak uang, orang jadi tidak produktif lagi.
Kalau ditanya, apa yang akan kita lakukan kalau dikasih uang 1 miliar setiap bulan, jawabannya pasti santai-santai di rumah sambil nonton TV, liburan ke luar negeri, atau melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Kita tentu tidak akan mau lagi bekerja, berbagai profesi jadi kehilangan pekerjanya, petani akan malas menanam padi, nelayan akan malas melaut, dan seterusnya. Negara jadi kehilangan produktivitasnya karena masyarakat jadi menggantungkan hidupnya pada impor. Jangan heran dalam waktu dekat negara itu malah akan menjadi miskin.
4. Nilai mata uang di negara tersebut jadi turun, uang sudah tidak lagi dianggap berharga lagi.
Bukannya membuat kaya raya, mencetak terlalu banyak uang malah akan membuat nilai mata uang itu sendiri menjadi turun. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan harga menyesuaikan naik, sehingga uang menjadi kurang berharga dan semakin tidak berharga karena jumlahnya terlalu banyak.
Logikanya, bayangkan saat kamu belum bekerja, uang selembar 100 ribu akan terasa banget nilainya. Mau membelanjakan saja harus pikir-pikir dulu. Sekarang coba dibalik, apa jadinya kalau kamu mendapat uang 100 ribu secara cuma-cuma setiap hari, tidak perlu bekerja dan berusaha.Tentu nilainya akan turun. Uang tersebut tidak seberharga saat kamu masih sulit mendapatkannya.
Oleh karena itu, pemerintah mencetak uang disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, agar tidak terjadi inflasi.
Selain alasan-alasan di atas, mencetak uang juga tidak semudah yang dibayangkan karena untuk membuat uang baru butuh biaya produksi yang tidak sedikit. Uang yang akan dipakai jual beli harus memenuhi standar pembuatan yang ditentukan negara. Kalau uang kertas harus terbuat dari kapas kualitas terbaik, plus campuran bahan kimia agar uang tersebut awet.
Nah, itulah 4 alasan kenapa sebuah negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya.
Karena masalah ini, seringkali kita berfikir kenapa Indonesia tidak mencetak uang yang banyak agar bisa membayar semua hutang dan membiayai negara secara menyeluruh, juga agar Indonesia terbebas dari kemiskinan? Tapi ternyata, mencetak uang sebanyak-banyaknya bukanlah solusi untuk mengatasi perekonomian Indonesia.
Sebagian orang mungkin berpikir, kenapa negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya? Walaupun, mengalami masalah kekurangan uang, ‘kan? Negara pun mempunyai otoritas mencetak uang melalui Bank Indonesia. Dengan uang yang melimpah, utang jadi bisa dibayarkan, rakyat tidak lagi miskin, masalah ekonomi lain juga bisa terselesaikan. Tapi ternyata mencetak uang tidak sesederhana itu. Ada banyak aspek yang memengaruhi. Bahkan kalau negara nekat mencetak banyak uang baru, malah bisa menjadi miskin! Lho kok bisa? Daripada penasaran mending simak ulasan berikut ini yang dirangkum dari Hipwee berikut ini.
1. Banyaknya uang yang dicetak dan dibagikan cuma-cuma membuat masyarakat jadi konsumtif.
Logikanya, jika setiap masyarakat di Indonesia tiba-tiba diberi uang Rp100 juta, mereka akan berubah jadi konsumtif dan membeli apa yang sebelumnya tidak bisa dibeli, misalnya aja membeli mobil. Hal itu akan membuat permintaan akan mobil jadi naik. Otomatis produsen mobil bekerja keras meningkatkan produksi mobilnya. Kalau tidak mampu mengikuti permintaan pasar, ketersediaan mobil di pasaran jadi habis. Soalnya menaikkan jumlah produksi itu ya berarti harus menambah jumlah pekerja, upah mereka, dan lain-lain. Pada akhirnya juga sama aja kan?
2. Daya beli yang tinggi, akan membuat harga barang naik.
Untuk kasus mobil di atas, produsen sebenarnya masih punya pilihan lain, yaitu menaikkan harga barang jualannya! Dan tidak cuma berlaku untuk kendaraan saja, barang kebutuhan pokok juga bakalan naik gila-gilaan.
Pasalnya, jika uang dicetak terlalu banyak, maka otomatis penduduk akan memegang banyak uang. Dengan begitu, kemampuan membeli kita tinggi dan barang yang akan kita beli menjadi berkurang. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan inflasi. Yaitu kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang.
Salah satu negara yang pernah mengalami inflasi besar-besaran adalah negara di Afrika yaitu Zimbabwe. Negara ini pernah mengambil kebijakan serupa tentang pencetakan uang ini. Pada 2008, Zimbabwe mencetak uang dalam jumlah banyak. Tujuanya untuk memperbanyak pegawai negeri. Akibatnya mata uang negara ini terus mengalami keterpurukan. Di sana, harga telur aja bisa mencapai 100 miliar dolar Zimbabwe! Kebayang ‘kan ada berapa banyak uang yang beredar di sana hingga mengakibatkan inflasi ini.
3. Karena merasa punya banyak uang, orang jadi tidak produktif lagi.
Kalau ditanya, apa yang akan kita lakukan kalau dikasih uang 1 miliar setiap bulan, jawabannya pasti santai-santai di rumah sambil nonton TV, liburan ke luar negeri, atau melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Kita tentu tidak akan mau lagi bekerja, berbagai profesi jadi kehilangan pekerjanya, petani akan malas menanam padi, nelayan akan malas melaut, dan seterusnya. Negara jadi kehilangan produktivitasnya karena masyarakat jadi menggantungkan hidupnya pada impor. Jangan heran dalam waktu dekat negara itu malah akan menjadi miskin.
4. Nilai mata uang di negara tersebut jadi turun, uang sudah tidak lagi dianggap berharga lagi.
Bukannya membuat kaya raya, mencetak terlalu banyak uang malah akan membuat nilai mata uang itu sendiri menjadi turun. Banyaknya uang yang beredar akan menyebabkan harga menyesuaikan naik, sehingga uang menjadi kurang berharga dan semakin tidak berharga karena jumlahnya terlalu banyak.
Logikanya, bayangkan saat kamu belum bekerja, uang selembar 100 ribu akan terasa banget nilainya. Mau membelanjakan saja harus pikir-pikir dulu. Sekarang coba dibalik, apa jadinya kalau kamu mendapat uang 100 ribu secara cuma-cuma setiap hari, tidak perlu bekerja dan berusaha.Tentu nilainya akan turun. Uang tersebut tidak seberharga saat kamu masih sulit mendapatkannya.
Oleh karena itu, pemerintah mencetak uang disesuaikan dengan kebutuhan. Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, agar tidak terjadi inflasi.
Selain alasan-alasan di atas, mencetak uang juga tidak semudah yang dibayangkan karena untuk membuat uang baru butuh biaya produksi yang tidak sedikit. Uang yang akan dipakai jual beli harus memenuhi standar pembuatan yang ditentukan negara. Kalau uang kertas harus terbuat dari kapas kualitas terbaik, plus campuran bahan kimia agar uang tersebut awet.
Nah, itulah 4 alasan kenapa sebuah negara tidak mencetak uang sebanyak-banyaknya.