Yuk Coba Detoks Digital Berikut Ini Agar Tak Kecanduan Gadget
Jika pertanyaan ini ditujukan buat kamu, mana yang lebih membuat panik antara ketinggalan dompet atau ketinggalan gadget atau smartphone, apa jawaban yang akan terlontar?
Jika jawaban kamu adalah gadget atau smartphone, selamat bergabung dengan yang lainnya! Mengapa? Takut ketinggalan informasi pentingkah? Studi yang dilakukan oleh University of California, San Diego, memang menyatakan bahwa kini rata-rata orang terpapar dan mengonsumsi informasi tiga kali lipat lebih banyak daripada orang-orang yang hidup di era 1960-an. New York Times juga melaporkan bahwa rata-rata pengguna komputer mengecek 40 situs setiap hari dan bisa mengganti program hingga 36 kali dalam satu jam.
Sebegitu pentingnyakah gadget dalam hidup seseorang, atau memang kamu sudah tergolong kecanduan? Mungkin kamu hanya butuh liburan yang berkualitas. Mengapa liburan? Suatu studi menemukan bahwa otak akan lebih rileks pasca liburan, dengan catatan, kamu beristirahat sejenak dari penggunaan gadget.
Sebuah riset unik dilakukan oleh lima orang ilmuwan pakar otak (neuroscientist), bernama David Strayer, profesor psikologi di University of Utah yang memprakarsai riset yang dikemas dalam bentuk aktivitas outdoor ini. Strayer melakukan riset bersama dengan profesor psikologi lainnya, yakni Todd Bravera dari Washington University di St. Louis, Paul Atchley, profesor di University of Kansas, Steven Yantis, kepala departemen kajian otak dan psikologi di Johns Hopkins, serta Art Kramer, profesor dari University of Illinois.
Para ilmuwan tersebut berlibur selama seminggu ke pedalaman Utah untuk rafting, kemping dan hiking. Di tempat terpencil tersebut, sinyal pun tak ada sehingga ponsel dan gadget lainnya tak bisa digunakan. Bahkan internet juga tak bisa diakses.
Ternyata baru di hari ke-3 liburan tanpa gadget, laptop, dan smartphone, para ilmuwan ini merasa lebih rileks. Tidur mereka pun lebih berkualitas. Semua karena ketiadaan perangkat elektronik yang selama ini selalu mengeluarkan notifikasi yang membuat kita harus segera mengecek. Otak yang selama ini selalu disibukkan oleh ‘kewajiban’ mengecek smartphone dan gadget, ibaratnya didetoks selama liburan.
Jika masih belum bisa move on dari liburan panjang Lebaran yang lalu, mungkin sesekali kamu perlu memertimbangkan detoks digital ini. Misalnya khusus hari Sabtu dan Minggu, simpan dulu gadget dan smartphone yang biasanya membuat kamu multitasking dan tidak fokus melakukan sesuatu.
Kamu bisa lebih fokus mengobrol dan berinteraksi dengan pasangan, keluarga, dan orang-orang tercinta. Kamu juga tak perlu menjawab whatsapp atau email pekerjaan di pukul dua pagi dan kemudian malah jadi kurang tidur. Otak pun tak menjadi terlalu penuh dan badan segar karena liburan lebih berkualitas.
Setelah liburan berpuasa gadget sejenak, rasakan betapa bersemangatnya kamu saat back on track. Nikmati momen kembali beraktivitas tanpa rasa malas dan menjadi lebih produktif!
Jika jawaban kamu adalah gadget atau smartphone, selamat bergabung dengan yang lainnya! Mengapa? Takut ketinggalan informasi pentingkah? Studi yang dilakukan oleh University of California, San Diego, memang menyatakan bahwa kini rata-rata orang terpapar dan mengonsumsi informasi tiga kali lipat lebih banyak daripada orang-orang yang hidup di era 1960-an. New York Times juga melaporkan bahwa rata-rata pengguna komputer mengecek 40 situs setiap hari dan bisa mengganti program hingga 36 kali dalam satu jam.
Sebegitu pentingnyakah gadget dalam hidup seseorang, atau memang kamu sudah tergolong kecanduan? Mungkin kamu hanya butuh liburan yang berkualitas. Mengapa liburan? Suatu studi menemukan bahwa otak akan lebih rileks pasca liburan, dengan catatan, kamu beristirahat sejenak dari penggunaan gadget.
Sebuah riset unik dilakukan oleh lima orang ilmuwan pakar otak (neuroscientist), bernama David Strayer, profesor psikologi di University of Utah yang memprakarsai riset yang dikemas dalam bentuk aktivitas outdoor ini. Strayer melakukan riset bersama dengan profesor psikologi lainnya, yakni Todd Bravera dari Washington University di St. Louis, Paul Atchley, profesor di University of Kansas, Steven Yantis, kepala departemen kajian otak dan psikologi di Johns Hopkins, serta Art Kramer, profesor dari University of Illinois.
Para ilmuwan tersebut berlibur selama seminggu ke pedalaman Utah untuk rafting, kemping dan hiking. Di tempat terpencil tersebut, sinyal pun tak ada sehingga ponsel dan gadget lainnya tak bisa digunakan. Bahkan internet juga tak bisa diakses.
Ternyata baru di hari ke-3 liburan tanpa gadget, laptop, dan smartphone, para ilmuwan ini merasa lebih rileks. Tidur mereka pun lebih berkualitas. Semua karena ketiadaan perangkat elektronik yang selama ini selalu mengeluarkan notifikasi yang membuat kita harus segera mengecek. Otak yang selama ini selalu disibukkan oleh ‘kewajiban’ mengecek smartphone dan gadget, ibaratnya didetoks selama liburan.
Jika masih belum bisa move on dari liburan panjang Lebaran yang lalu, mungkin sesekali kamu perlu memertimbangkan detoks digital ini. Misalnya khusus hari Sabtu dan Minggu, simpan dulu gadget dan smartphone yang biasanya membuat kamu multitasking dan tidak fokus melakukan sesuatu.
Kamu bisa lebih fokus mengobrol dan berinteraksi dengan pasangan, keluarga, dan orang-orang tercinta. Kamu juga tak perlu menjawab whatsapp atau email pekerjaan di pukul dua pagi dan kemudian malah jadi kurang tidur. Otak pun tak menjadi terlalu penuh dan badan segar karena liburan lebih berkualitas.
Setelah liburan berpuasa gadget sejenak, rasakan betapa bersemangatnya kamu saat back on track. Nikmati momen kembali beraktivitas tanpa rasa malas dan menjadi lebih produktif!