Apa itu Herd Immunity? Efektifkah Menangkal Virus Corona?
Foto: freefik.com/volurol |
Belakangan, herd immunity ramai diperbincangkan. Sebab, hingga saat ini belum juga ditemukan vaksin untuk mengatasi virus Corona (Covid-19). Kini seluruh masyarakat dunia, khususnya Indonesia masih dibayangi akan virus tersebut. Pemberlakuan social distancing dan protokol kebersihan harus tetap diterapkan dengan maksimal di setiap harinya.
1. Apa itu Herd Immunity?
Sebagaimana yang dilansir dari Healthline, herd immunity akan terjadi ketika banyak orang dalam satu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular. Dengan begitu, penyebarannya bisa berhenti.
Sedangkan menurut MIT Technology Review, herd immunity pada Covid-19 dapat terbentuk saat banyak orang yang terinfeksi. Artinya, virus tersebut akan dibiarkan menyebar sehingga banyak orang yang tertular. Apabila mereka bertahan hidup, ia akan lebih kebal dengan virus tersebut.
Prinsip dari herd immunity sendiri, ketika semakin banyak orang yang tertular, maka akan semakin banyak pula yang kebal dan memperoleh imunitas dalam tubuhnya. Pada akhirnya, diharapakan penyakit karena virus tersebut akan hilang ketika banyak orang yang sudah kebal.
2. Negara-negara yang Telah Menerapkannya
Berbiacara masalah negara, saat ini sudah terdapat beberapa negara yang disebut telah menerapakannya. Diantaranya seperti Swedia, Inggris, dan Belanda. Seperti contoh di Belanda, masyarakat sudah diperbolehkan berkegiatan di luar ruangan. Sekolah dan kantor sudah kembali buka, bahkan tempat rekreasi juga sudah boleh kembali dikunjungi.
3. Apakah Cara ini Akan Efektif?
Pada tahun 2017, di Brazil sempat terjadi wabah virus zika dan campak. Ketika itu, mereka mulai menerapkan herd immunity, memang langkahnya bisa memutus penyebaran penyakit tersebut.
Jika hal ini diterapkan pada kasus Covid-19, maka hanya bisa efektif apabila karakter virus dan prediksi evolusi virus tersebut sudah bisa diketahui dengan pasti. Sebab, saat ini kasus virus SARS-Cov-2 masih terus berevolusi dengan sangat cepat. Bahkan, belum ada yang bisa memastikan akan perjalanan mutasi virus ini akan menjadi seperti apa nantinya.
Jika cara ini diterapkan di Indonesia bisa efektif atau terlalu spekulatif dan berbahaya bagi masyarakat. Terlebih jika masyarakatnya memiliki daya tahan tubuh dan status nutrisi yang tidak terlalu tinggi.
4. Cara ini Tak Melulu Membuat Orang Selalu Kebal
Pada kasus Covid-19 ini, kurang tepat rasanya menerapkan herd immunity. Karena diketahui imunitas yang terbentuk tidak memiliki jangka waktu yang panjang. Sebuah contoh kasus, bulan Februari lalu ada pria Jepang yang berusia 70 tahun yang dinyatakan telah sembuh dari Covid-19. Kemudian, setelah beberapa waktu, ia dikabarkan kembali terjangkit virus yang sama. Padahal dalam teorinya, berhasilnya herd immunity adalah jika tubuh kebal dengan virus yang telah menginfeksi dirinya. Sedangan dalam kasus ini, berarti orang tersebut tidak kebal dengan virus corona.
5. Efek dari penerapan Herd Imunity
Menurut Sir Patrick Vallance, kepala penasehat masalah sains di Inggris, dibutuhkan 60-70% populasi yang harus terinfeksi untuk mencapai herd immunity. Apabila cara ini diterapkan di Indonesia, maka bukan tidak mungkin akan banyak orang yang terinfeksi dan jatuh sakit secara cepat. Bukan Cuma itu saja, tapi juga tak sedikit orang yang meninggal dunia, terutama mereka yang ada di kelompok umur rentan dan memiliki penyakit bawaan.
Jika hal itu terjadi, bisa kita bayangkan bagaimana kewalahannya para petugas medis dalam menangani pasien yang tak mampu bertahan membentuk kekebalan virus Corona. Jika sistem kesehatan di Indonesia memiliki ketahanan yang rendah. Dengan begitu, tenaga kesehatan akan tumbang dengan cepat. Secara tidak langsung, korban akan banyak berjatuhan juga dari kalangan tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter.
Ada sekitar 271 juta jiwa di Indonesia. Untuk mencapai pembentukan herd immunity, maka dibutuhkan kurang lebih 182 juta rakyat Indonesia yang terinfeksi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk senior di Indonesia sekitar 10%. Menggunakan asumsi tersebut, permodelan kelompok rentan yang harus mendapat penanganan khusus mencapai 18,2 juta jiwa.
Jumlah tersebut, belum ditambah dengan kelompok rentan lainnya yang memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, kanker, HIV, hipertensi dan lainnya. Jika dihitung dari persentase kematian karena covid-19 yaitu 8,9%, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa dari total 182 juta jiwa.
6. Apa yang Harus Dilakukan?
Jaga kebersihan diri terutama setelah menyentuh barang yang mungkin terpapar oleh virus. Cara lain menekan angka penyebarannya adalah melakukan contact tracing. Jika ada yang positif, maka semua yang pernah kontak dengannya harus diisolasi sebanyak mungkin, mengingat belum ada vaksinnya.
1. Apa itu Herd Immunity?
Sebagaimana yang dilansir dari Healthline, herd immunity akan terjadi ketika banyak orang dalam satu komunitas menjadi kebal terhadap penyakit menular. Dengan begitu, penyebarannya bisa berhenti.
Sedangkan menurut MIT Technology Review, herd immunity pada Covid-19 dapat terbentuk saat banyak orang yang terinfeksi. Artinya, virus tersebut akan dibiarkan menyebar sehingga banyak orang yang tertular. Apabila mereka bertahan hidup, ia akan lebih kebal dengan virus tersebut.
Prinsip dari herd immunity sendiri, ketika semakin banyak orang yang tertular, maka akan semakin banyak pula yang kebal dan memperoleh imunitas dalam tubuhnya. Pada akhirnya, diharapakan penyakit karena virus tersebut akan hilang ketika banyak orang yang sudah kebal.
2. Negara-negara yang Telah Menerapkannya
Berbiacara masalah negara, saat ini sudah terdapat beberapa negara yang disebut telah menerapakannya. Diantaranya seperti Swedia, Inggris, dan Belanda. Seperti contoh di Belanda, masyarakat sudah diperbolehkan berkegiatan di luar ruangan. Sekolah dan kantor sudah kembali buka, bahkan tempat rekreasi juga sudah boleh kembali dikunjungi.
3. Apakah Cara ini Akan Efektif?
Pada tahun 2017, di Brazil sempat terjadi wabah virus zika dan campak. Ketika itu, mereka mulai menerapkan herd immunity, memang langkahnya bisa memutus penyebaran penyakit tersebut.
Jika hal ini diterapkan pada kasus Covid-19, maka hanya bisa efektif apabila karakter virus dan prediksi evolusi virus tersebut sudah bisa diketahui dengan pasti. Sebab, saat ini kasus virus SARS-Cov-2 masih terus berevolusi dengan sangat cepat. Bahkan, belum ada yang bisa memastikan akan perjalanan mutasi virus ini akan menjadi seperti apa nantinya.
Jika cara ini diterapkan di Indonesia bisa efektif atau terlalu spekulatif dan berbahaya bagi masyarakat. Terlebih jika masyarakatnya memiliki daya tahan tubuh dan status nutrisi yang tidak terlalu tinggi.
4. Cara ini Tak Melulu Membuat Orang Selalu Kebal
Pada kasus Covid-19 ini, kurang tepat rasanya menerapkan herd immunity. Karena diketahui imunitas yang terbentuk tidak memiliki jangka waktu yang panjang. Sebuah contoh kasus, bulan Februari lalu ada pria Jepang yang berusia 70 tahun yang dinyatakan telah sembuh dari Covid-19. Kemudian, setelah beberapa waktu, ia dikabarkan kembali terjangkit virus yang sama. Padahal dalam teorinya, berhasilnya herd immunity adalah jika tubuh kebal dengan virus yang telah menginfeksi dirinya. Sedangan dalam kasus ini, berarti orang tersebut tidak kebal dengan virus corona.
5. Efek dari penerapan Herd Imunity
Menurut Sir Patrick Vallance, kepala penasehat masalah sains di Inggris, dibutuhkan 60-70% populasi yang harus terinfeksi untuk mencapai herd immunity. Apabila cara ini diterapkan di Indonesia, maka bukan tidak mungkin akan banyak orang yang terinfeksi dan jatuh sakit secara cepat. Bukan Cuma itu saja, tapi juga tak sedikit orang yang meninggal dunia, terutama mereka yang ada di kelompok umur rentan dan memiliki penyakit bawaan.
Jika hal itu terjadi, bisa kita bayangkan bagaimana kewalahannya para petugas medis dalam menangani pasien yang tak mampu bertahan membentuk kekebalan virus Corona. Jika sistem kesehatan di Indonesia memiliki ketahanan yang rendah. Dengan begitu, tenaga kesehatan akan tumbang dengan cepat. Secara tidak langsung, korban akan banyak berjatuhan juga dari kalangan tenaga kesehatan seperti perawat dan dokter.
Ada sekitar 271 juta jiwa di Indonesia. Untuk mencapai pembentukan herd immunity, maka dibutuhkan kurang lebih 182 juta rakyat Indonesia yang terinfeksi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk senior di Indonesia sekitar 10%. Menggunakan asumsi tersebut, permodelan kelompok rentan yang harus mendapat penanganan khusus mencapai 18,2 juta jiwa.
Jumlah tersebut, belum ditambah dengan kelompok rentan lainnya yang memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, kanker, HIV, hipertensi dan lainnya. Jika dihitung dari persentase kematian karena covid-19 yaitu 8,9%, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa dari total 182 juta jiwa.
6. Apa yang Harus Dilakukan?
Jaga kebersihan diri terutama setelah menyentuh barang yang mungkin terpapar oleh virus. Cara lain menekan angka penyebarannya adalah melakukan contact tracing. Jika ada yang positif, maka semua yang pernah kontak dengannya harus diisolasi sebanyak mungkin, mengingat belum ada vaksinnya.
sumber: seruni.id