30 Hal Ini Wajib Kamu Ketahui Dulu Sebelum Memutuskan Menikah Muda
Menikah muda memang menyenangkan. Tapi ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius.
Foto: freepik.com/pressfoto |
Tren menikah sedang tinggi. Bahkan beberapa pemilik channel di Youtube pun kerap membagikan pengalaman mereka tentang betapa menyenangkannya membangun rumah tangga di usia 20-an awal. Di satu sisi, tentu hal ini membahagiakan karena gejolak jiwa belia kita sedang meletup-letup. Tapi di sisi lain, tentu ada banyak sekali hal yang harus diketahui lebih dulu sebelum membina keluarga.
Jika memang kamu sudah paham segala risiko dan betul-betul siap mengarungi biduk rumah tangga berdua saja dengan calon pasanganmu, maka semua akan jauh lebih mudah untuk diarungi bersama. Pergi untuk itu ! Artinya kamu sudah cukup dewasa untuk dapat berkomitmen penuh. Namun jika belum, jika landasan pernikahan hanya karena sama-sama cinta, sesungguhnya risiko-risiko tertentu belum diketahui, maka sebaiknya pikirkan keputusanmu sebelum menyesal pada waktu lain. Baca artikel berikut dan semoga kamu telah bisa berkompromi dengan sesuatu yang pasti akan terjadi di masa depan saat status 'kawin' sudah tertera di KTP.
1. Pendidikan
Dalam situs Teen Vogue disebutkan bahwa pendidikan adalah prioritas utama yang harus dimiliki seseorang sebelum memutuskan untuk menikah. Di sana, seorang director of the National Marriage Project at the University of Virginia bernama Bradford Wilcox menyatakan bahwa, " It's important to finish the basic level of education: well high school, vokasional, or a college degree. " Baginya, selesaikan pendidikan dasar adalah sebuah fondasi yang akan sangat berguna sebagai bekal dalam mencari pekerjaan untuk mendukung finansial bersama di masa yang akan datang. Baik pria maupun wanita, keduanya sama-sama harus mengenyam latar belakang pendidikan yang cukup agar tidak mengalami tekanan ekonomi di masa depan.
Tak hanya itu, tidak hanya untuk urusan keuangan, sebenarnya dengan berpendidikan yang baik, mereka yang menikah muda juga lebih bisa menjadi orang tua yang edukatif bagi anak-anak terutama pada masa pertumbuhan. Sebut saja penanaman norma-norma, budi pekerti, baca tulis, dan lain sebagainya. Ada narasi lama yang menyatakan bahwa, "kenapa orang Jepang sejak kecil sudah pintar dan mengapa wanita Jepang banyak yang rela hanya jadi ibu rumah tangga meskipun mereka berpendidikan sangat tinggi? Jawabannya sederhana. Karena dari ibu yang cerdas akan menumbuhkan anak-anak yang hebat hasil bimbingan sehari-hari yang tepat."
2. Persiapkan mental
Meski klise, namun kesiapan mental merupakan hal krusial yang harus Anda miliki sebelum memutuskan untuk menikah. Akan ada banyak hal yang berubah dan harus dikorbankan saat memutuskan untuk berumahtangga. Hidup tak lagi sama karena kini kamu berdua. Jika masih senang keluar sampai larut malam dan bersenang-senang dengan teman, sebenarnya tak apa-apa KALAU juga ikut bersenang-senang bersama, atau sendiri saja tapi suami mengizinkan. Kesepakatan-kesepakatan macam ini yang harus dibuat saat berumahtangga nanti. Ada ragam kompromi yang didiskusikan agar segalanya tetap baik-baik saja dan tidak jadi perkelahian. Ingat, menikah adalah tentang dua hati dan kepala. Siapkah kamu untuk melewati segalanya bersama? Siapkah kamu menerima ragam tekanan dan cobaan yang menunggu di depan? Segala masalah harus diselesaikan bersama, lho. Siap untuk itu ?
{nextPage}
3. Atur keuangan
Untuk bisa hidup mandiri berdua dengan suami atau mungkin akan memiliki anak suatu saat nanti, jelas kita semua harus memiliki kemampuan finansial yang baik untuk dijadikan fondasi berkeluarga. Untuk membeli bahan makanan sehari-hari, memenuhi segala kebutuhan rumah, besarkan anak, sampai membahagiakan diri sendiri, semua harus ditunjang dengan kondisi finansial yang stabil, baik, dan mumpuni. Inilah yang melandasi titik pertama. Berpendidikanlah yang cukup agar kamu bisa mendapat pekerjaan yang baik setingkat SMA, SMK, atau pun perguruan tinggi. Dengan begitu setidaknya kamu atau suamimu akan memiliki keterampilan untuk bekerja sehingga dapat menerima gaji bulanan yang konstan sehingga keputusan untuk menikah dan lepas 100% dari orangtua bisa benar-benar terwujud.
4. Peduli kesehatan seksual
Agar rumah tak hanya bahagia tapi juga sehat, kamu pun harus memperhatikan kesehatan seksualmu dan suami. Ada lakukan pemeriksaan pranikah sebelum menikah untuk mengetahui risiko penyakit, tingkat kesuburan, dan lain sebagainya. Bahkan sebagai wanita, kita wajib melakukan proteksi diri dengan vaksin HPV untuk meminimalkan risiko kanker serviks sampai dengan 99% yang kini telah banyak tersedia. Tak hanya itu, kamu juga harus siap untuk melakukan cek pap smear setiap tahun untuk menguji keberadaan sel pra-kanker atau kanker pada serviks yang sudah aktif secara seksual. Siapkan anggaran untuk segala pemeriksaan, penanggulangan, dan tes ini karena biayanya memang cukup mahal.
5. Jaga Komitmen
Tak seperti pacaran, komitmen saat menikah jauh lebih berat karena hubungan ini seumur hidup. Ada perjanjian sah yang disaksikan oleh keluarga besar, wali, dan tercatat dalam catatan sipil. Oleh karena itu, jika terjadi atau ketidaksepahaman, kita tak bisa lagi memutuskan untuk berpisah begitu saja. Bercerai bukan jalan terbaik kecuali jika dirasa sangat mendesak atau berhubungan dengan KDRT. Sifat pasangan akan berubah seiring berjalannya waktu. Begitu pun sifatmu. Banyak perubahan yang akan dirasakan di mana sikapnya dan sikapmu tidak lagi sama ketika masih pacaran.
Ini pasti terjadi terutama pada pasangan yang telah puluhan tahun. Karena pada kenyatannya, hidup itu berubah. Manusia pun tidak diam. Kita semua beradaptasi dengan segala perubahan kehidupan yang ada. Kita pun harus beradaptasi dengan pasangan sebagaimana halnya dengan beratnya karena mereka pun akan berusaha beradaptasi dengan kita. Jadi, jika komitmenmu sudah mantap, jalanilah.
6. Dukung Pencapaian
Pastikan pasanganmu akan mendukung segala mimpimu untuk meraih apa yang kamu inginkan jika kamu merupakan pribadi yang pribadi dan multitalenta. Selamanya positif, pasangan yang baik akan membantu mengantarkanmu pada kesuksesan. Begitupun kamu. Harus mau mendukungnya mencapai puncak kejayaan.
Jika kalian sama-sama bisa menghargai masing-masing, maka kalian sudah bisa mengalahkan ego. Apalagi kalau ternyata pada akhirnya kamulah yang lebih berhasil dan berpendapatan lebih besar. Jika pasanganmu tak berpikir, maka artinya kamu telah memilih pasangan yang tepat. Namun jika dia tidak setuju dan merasa ia harus tetap lebih sukses dan berpendapat lebih tinggi dari pada kamu, maka bisa dipikir lagi untuk tetap melanjutkannya atau tidak. Mengapa? Karena ini akan membuat kemajuan hebat dalam rumah tangga jika tidak membahas dengan pikiran terbuka. Jadi alangkah bijaknya jika kemungkinan ini sejak awal sebelum mengikat janji.
7. Tetapkan standar
Ada standar hidup yang harus kamu temukan sama-sama. Hidup seperti apa yang ingin kamu nikmati dan hidup seperti apa yang ingin kamu usahakan. Pastikan ini sesuai dengan standar hidup yang ada dalam bayangan pasanganmu. Jangan sampai saat kamu punya standar hidup grade A, ia hanya mau punya standar hindup grade C. Ini akan sulit karena hal bakal berhubungan dengan keharmonisan dan kepuasan rumah tanggamu. Jika ia memaksamu untuk hidup sederhana tapi kamu tak mau, maka tentu hal ini akan menjadi masalah. Begitupun sebaliknya. Jika kamu terbiasa hidup sederhana namun terbiasa hidup bermewah-mewah dan tak nyaman, artinya kamu akan jadi tak nyaman menikah dengannya atau terpaksa menyamankan diri. Ini harus dicari jalan tengahnya sebab standar hidup akan sangat memengaruhi cara berpikir dan bagaimana akhirnya kamu membangun kehidupan mulai dari masih berdua sampai sudah punya anak.
Di masa yang akan datang, jika ini segera diselesaikan, maka hal-hal yang berhubungan dengan rencana pendidikan anak, rencana penyimpanan, membuat asuransi kesehatan, dan lain-lain tidak akan memusingkan karena kamu berdua memiliki standar keselamatan dan kebahagiaan yang sama.
8. Jangan sepelekan kepuasan diri
Pastikan kamu berdua sudah puas merasakan masa remaja yang seru atau 'nakal' khas masa muda yang penuh kenangan. Jangan sampai nanti baru 'nakal' pas sudah berkeluarga karena tanggung jawab akan lebih berat. Kalau masih mau bandel, harus sama-sama dengan pasangan supaya pernikahan juga makin seru. Jangan nanti malah bandel di luar dengan orang lain yang pasti akan lebih sulit diperbuat. Intinya, jangan cari kepuasan di luar rumah sebagai pelarian saat kamu sedang bosan di rumah atau saat tengah ribut dengan suami, ya. Risikonya tinggi sekali.
9. Tanggung jawab penuh
Saat telah menikah, tanggung jawab pria dan wanita seketika berubah sebagai suami dan istri. Saat punya anak, tanggung jawab pun bertambah lagi jadi ibu dan ayah. Bagi orang tua pasangan pun kita punya tanggung jawab penuh sebagai menantu yang akan menjaga buah hati mereka dengan penuh kasih sayang. Oleh karena itu, dengan menikah artinya kita menyanggupi segala tanggung jawab baru yang otomatis segera diemban. Sebagai istri kita harus apa, sebagai orangtua harus bagaimana, dan sebagai menantu apa yang kita lakukan. Sebagai anak dari ayah dan ibu kita pun, kita punya kewajiban untuk tidak menghabiskan waktu mereka saat sedang terjadi masalah dalam rumah tangga. Jadi, siapkah kamu dengan segala tanggung jawab baru ini?
Sebab laki-laki dan perempuan jelas punya tanggung jawab yang sama dalam rumah tangga namun dengan kapasitas yang berbeda. Saling membantu dalam mengurus rumah, memperbesar buah hati, saling kompromi dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan kehidupan sehar-hari, dan lain sebagainya, adalah bentuk tanggung jawab yang harus dihadapi sebelum menikah. Jangan sampai nantinya 'suruh-suruhan' dan malah merasa ada ketidaksetaraan dalam rumah tangga.
{nextPage}
Hei, rumah tanggamu adalah milikmu berdua. Rumahmu berarti tanggung jawab bersama. Jadi bersepakatlah dalam melakukan pembagian kerja. Siapa melakukan apa dan siapa bertanggungjawab atas apa. Dengan begitu semua akan jadi lebih mudah. Selama dikerjakan bersama berarti kekompakan kalian juga bisa terjalin. Jika suamimu lebih suka memasak, maka lakukan saja. Artinya kamu bisa cuci piring. Jika kamu lebih senang mencuci, maka suamimu bisa membuat lemari. Tak semua orang kini bisa punya ART. Maka penyelesaiannya adalah lakukan semua sama-sama seperti rumah tangga lain di masyarakat Barat atau Asia Timur yang tak dilengkapi dengan asisten. Bukan saling membantu, tapi tentang gotong royong dalam mengurus apa yang akan kamu bangun bersama dengan pasangan nantinya yaitu rumah dan keluarga.
10. Jaga sikap dan bagaimana cara menghindari KDRT
Kalau mau menikah di usia muda, kamu boleh tetap bersifat kekanak-kanakan di depan pasanganmu dan sesuai dengan umurmu. Tapi, tolong diingatkan poin nomor 9 ya. Bahwa biarpun kamu masih belum bisa dewasa secara sikap, setidaknya kamu harus tetap punya tanggung jawab seperti yang tertera di atas. Tetap harus kamu bedakan peran barumu sebagai istri dan peran baru pasanganmu sebagai suami. Kalian harus mulai lebih saling menghormati satu sama lain karena bagaimanapun, kalian telah berhutang sehidup semati. Jangan saling menuntut yang berlebihan mentang-mentang kamu merasa punya hak sebagai istri atau sebaliknya. Inilah yang akhirnya akan menimbukan prahara rumah tangga. Pemahaman akan peran dan tanggung jawab yang belum matang. Bahkan, kasus terburuk, bisa jadi bibit KDRT.
Oh iya, bibit KDRT ini pun bisa kamu cermati sebelum menikah. Jika pasanganmu selama pacaran suka bertindak kasar dengan cara memukulmu, menyakitimu dengan cara apa pun baik fisik maupun verbal, merusak barang saat marah, berantem dengan orang lain saat kesal, berpose jika berlebihan, atau tanpa sengaja menyakiti, maka sebaiknya jangan lanjutkan hubungan ini karena sesungguhnya, sikap seperti ini akan semakin jadi saat sudah berumah tangga. Kamu sudah jadi miliknya dan dapat diatur kapanpun mau. Oleh sebab itu kasus kekerasan dalam rumah tangga kerap terjadi di mana pasanganmu merasa nyaman saat superior. Jika ia menolak dengan janji akan berubah, ada baiknya baikan saja karena ini merupakan sifat bawaan yang tak bisa diubah. Meski bisa sedikit dikontrol, namun penghapusan 100% adalah hal yang mustahil. Sekalinya emosi, secara sadar atau tidak sadar mereka akan berulang-ulang hanya hal yang sama dan ini akan terjadi tapi juga mungkin dilakukan pada anak-anakmu kelak. Jadi, masih ada waktu untuk berpikir dua kali tentang pernikahan yang akan kamu jalani.
Tapi, lain cerita jika KDRT atau sikap kasar pada pasangan baru tampak setelah menikah. Jika sudah begini, jangan tunda untuk meminta pertolongan pada kerabat terdekat, psikolog, LSM perlindungan perempuan, atau pihak wajib. Jangan diam saja karena kamu berhak melindungi diri dan keluargamu sendiri. lakukan dulu pertahanan diri sederhana yang bisa kamu lakukan, setelah itu lari cari bantuan dan jangan kembali lagi kamu!
11. Bukan lagi tentang diri sendiri
Pernikahan usia muda identik dengan sebutan pernikahan yang 'belum matang' dari segala sisi. Baik dari ekonomi maupun emosi, semua dirasa belum stabil sehingga ego merupakan sisi yang masih muncul pada gejolak jiwa beli yang masih berapi-api. Di sini, kamu harus kembali pada pemahaman mengenai tanggung jawab. Mungkinpun usiamu saat menikah, jika kamu masih belum bisa mengemban tanggung jawab yang lebih besar dan belum mampu serius untuk komitmenmu, maka artinya kamu belum bisa berumahtangga.
Jika kamu masih mementingkan kepentinganmu sendiri di atas segala-galanya tanpa ada kompromi atau empati terhadap pasanganmu, maka kamu harus perbaiki rencanamu sampai kamu betul-betul merasa bisa hidup dengan orang lain. Akan sangat banyak yang bukan hanya tentang dirimu. Akan banyak pro kontra dalam hal apa saja yang tak bakal ada habisnya tiap hari. Menikah bukan tentang menang atau kalah. Bukan juga tentang didengar tapi juga mendegar. Menikah juga adalah tentang menerima dan memberi. Lalu yang terpenting, menikah bukan hanya tentang dirimu sendiri. Tak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi serta tak ada yang lebih kuat maupun lebih lemah. Suami dan istri punya kapasitas masing-masing yang jika satu-satunya yang harus dilakukan adalah bekerja, maka rumah tangga akan timpang.
12. Kemungkinan cerai akan selalu ada
Pernikahan adalah asalnya untuk menuju sebuah perjalanan panjang. Ia adalah pintu terbuka untuk memasuki ruang baru dalam kehidupan. Inilah yang menjadikan pernikahan hadir dengan ragam tawaran konflik baru yang mungkin belum pernah kamu temui sebelumnya. Sayangnya, tak semua orang mampu menghadapi konflik-konflik yang ada sehingga perceraian pada akhirnya karena dianggap sebagai satu-satunya penyelesaian termudah. Nah, dalam situs Teen Vogue, seorang Director of Research and Public Education di Council on Contemporary Families, Stephanie Coontz, berkata bahwa " Jika kamu seorang wanita, sampai kamu mencapai usia 24 atau 25, risiko perceraian kamu jauh tinggi sampai kamu menunggu untuk menikah sampai usia 24 tahun atau lebih. Faktanya, setiap tahun kamu menunda pernikahan, hingga awal usia 30-an, mengurangi risiko perceraian..".
Jika seseorang belum siap untuk menikah muda dan belum punya banyak pengalaman dalam hidup garis besar, maka besar kemungkinannya untuk cepat bercerai di usia pernikahan yang seumur jagung. Oleh karenanya, dengan memperbanyak pengalaman, mengenal pasangan lebih dalam, berpuas diri dalam bergaul, dan membuka pikiran akan hal baik dan buruk, akan sangat meminimalkan risiko perpisahan karena artinya kita sudah cukup fleksibel dan dinamis dalam memandang masalah terlebih dalam rumah tangga. Meski setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal ini dan tak melulu berdasarkan usia, namun survei membuktikan bahwa perceraian yang banyak terjadi di usia muda memang didominasi oleh pikiran dan emosi yang masih belum stabil dalam menghadapi masalah bersama.
13. Tingkatkan kemandirian
Jika kamu dan pasanganmu belum bisa hidup mandiri, masih mengandalkan orangtua, dan masih belum bisa mengurus rumah sendiri setidaknya sebelum memiliki asisten rumah tangga, maka kamu akan berpikir ulang lagi keinginan untuk hidup berdua saja. Karena menikah adalah juga tentang hidup berdua sebagai suami dan istri, maka kamu harus memahami dulu kewajiban dan kewajiban seorang istri dan suami yang sesungguhnya agar bisa saling memenuhi dan melayani dalam tataran yang benar. Ini semua butuh sikap mandiri yang kuat baik dari sisi istri maupun suami. Karena tanpa kemandirian, sulit rasanya masing-masing dapat menjalankan peran yang sesungguhnya. Jika memang ART dibutuhkan dan kamu mampu untuk menggunakan jasanya, tentu tidak ada yang melarang. Namun, kondisinya jika kamu dan suami belum berpendapat cukup dan belum mampu memiliki ART, maka mau tidak mau semua harus kalian kerjakan berdua dan wajib mau belajar untuk bisa. Mengapa? Karena itu adalah salah satu esensi pernikahan, hidup bersama.
{nextPage}
Suami dan istri harus sama-sama mau belajar melakukan banyak hal baru yang sebelumnya belum pernah dilakukan. Hal inilah yang akan menjadi penyelamat rumah tanggamu saat keadaan tiba-tiba berubah. Saat suami atau istri tidak bisa melakukan kewajibannya, maka pasangannya harus mau mengambil alih sementara. Untuk saling bantu satu sama lain. Jangan selalu bersandar pada ART karena justru di sinilah letak nilai hubunganmu. Saling melayani dengan baik dan berusaha untuk memberikan yang terbaik pada pasangan adalah hal kecil yang bakal membuat sebuah rumah tangga akan bertahan dari tahun ke tahun. Sekecil apa pun usaha yang dilakukan, ia akan menjadi fondasi bagi rumah tangga yang kokoh di kemudian hari. Semakin sering suami istri bekerja sama, saling tolong satu sama lain, menertawakan hal-hal mudah yang ternyata sulit diselesaikan.
Jadi, coba untuk bisa hidup berdua saja tanpa bantuan orang lain. Memiliki ART boleh, memiliki baby sitter nanti juga tak dilarang, punya supir, tukang kebun, dan lain sebagainya adalah hak setiap keluarga jika memang mampu. Tapi, coba dulu untuk melakukan semua itu berdua saja. Jadi jika keadaan sulit, rumah tangga kalian tidak akan hancur hanya karena ketidakmampuan dalam melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan para asisten. Pun jika keadaan ekonomi belum mendukung untuk punya asisten, semua tak jadi masalah karena kamu bisa melakukan berdua saja. Berpenghasilan sendiri, mengurus rumah sendiri, saling menghargai, dan peduli satu sama lain, adalah beberapa bekal penting untuk mewujudkan keluarga yang kuat di masa yang akan datang.
14. Dewasakan cara berpikir
Saat menikah muda, bisa jadi cara berpikirmu juga masih muda sebenarnya ini wajar. Malah sangat baik. Jika sudah siap menikah dengan segala risikonya, maka cara berpikirmu ini masih sangat seru untuk dibawa dalam rumah tangga. Pernikahanmu jadi tak membosankan artinya kamu masih bisa bersenang-senang dengan sangat muda. Saat besar anak-anakmu nanti juga demikian. Lebih santai dan lebih muda dari segi mengikuti perkembangan cara mendidik anak yang kini banyak beredar di media sosial. Kamu pun masih punya banyak energi untuk berargumentasi dan memilih mana yang terbaik untuk keluargamu kelak. Ini bagus!
Tapi, jangan sampai sebaliknya ya. Jangan sampai cara berpikirmu malah masih kekanak-kanakan sehingga yang banyak bercerita tentang yang harusnya bisa terjadi jika kamu mau berpikir sidkit lebih rasional. Ini yang banyak terjadi di kalangan suami istri usia muda. Kalau cara berpikir yang belum matang bertemu dengan masalah rumah tangga yang berat. Ribut besar!
15. Kamu akan menjalani hidup yang berbeda
Seperti yang telah disebutkan di atas, jika sudah menikah, jangan harap harap akan sama seperti sebelumnya. Apalagi jika sudah bertahun-tahun. Tentu semua akan berubah. Jangan pernah takut akan perubahan ini karena justru kisah hidupnya jauh lebih kaya. Fase kehidupan yang sebenarnya akan kamu alami di sini. Fase bersuami, membina rumah tangga, menghalau konflik, menunggu kehadiran buah hati, mendidik anak, hingga ada masa di mana kamu harus menikahkan anakmu berpuluh tahun, dan lain sebagainya, adalah bagian kehidupan yang tak bisa kamu hindari. Tiap masa punya pelajaran dan memorinya sendiri yang akan memberimu banyak kisah baru. Jadi, jangan pernah khawatir karena perbedaan cara hidup akan terus kamu alami selama masih menjejak di bumi. Kamu SMP, kamu SMA, kuliah, kerja, dan lain sebagainya pun akan memberi nilai hidup yang berbeda, kan. Menikah dan berkeluarga pun demikian. Jadi jangan pernah takut, ya. Hidup persis seperti itu .
16. Punya perencanaan panjang
Untuk bisa berumahtangga dengan baik, semua calon suami dan istri harus memiliki perencanaan yang panjang dan baik untuk mendapatkan kehidupan yang aman serta nyaman. Sudah harus mulai dari mana kamu akan tinggal, menyiapkan berbagai asuransi, pendidikan, dan tabungan masa depan, hingga urusan tak terduga semua harus pelan-pelan dilakukan dan dilakukan bersama. Karena jika tidak, jika kamu dan pasanganmu terbiasa hidup boros, maka masalah terbesar yang akan mampir ke pertanyaan adalah masalah finansial. Sebab meski uang bukan segalanya dan materi adalah salah satu hal paling pantang untuk diributkan dalam rumah tangga, tapi semua keluarga butuh pundi-pundi rupiah yang sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan inti dalam kehidupan yaitu kesehatan, pendidikan, serta kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Jadi jangan sampai menikah tanpa punya tabungan atau asuransi apa pun paling tidak jika belum punya, kamu dan pasanganmu harus segera merencanakan tersebut setelah menikah. Karena sesedikit apa pun tabungan yang kalian punya, akan menjadi sangat berarti di kemudian hari saat betul-betul dibutuhkan. Jangan pernah meremehkan kekuatan menabung! Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di beberapa waktu nanti.
{nextPage}
17. Matangkan kedewasaan
Dewasa dalam Bertindak dan Bersikap. Poin ini sudah banyak dibahas di poin-poin sebelumnya. Namun takut kamu lupa, maka jangan pernah kesampingkan kedewasaan dalam berumahtangga namun jangan lupa untuk tetap jaga usia mudamu. Tetaplah bertingkah dan bergaya sesuai usiamu namun dengan cara pikir yang bisa menyesuaikan dengan keadaan. Fleksibel adalah kekuatan tiap pasangan muda. Cara pikir dan sikap yang masih berapi-api, lucu, menggemaskan, sangat bisa tetap dipertahankan sembari berubah jadi orang dewasa awal saat menyelesaikan sebuah masalah. Seru, kan ! Bahkan kalian masih akan terlihat seperti orang pacaran saat sudah menikah, lho saking mudanya. Tentu banyak orang akan iri. Kebahagiaan kalian pun bisa jadi lebih panjang karenanya.
Muda bersama, senang-senang bersama, bahagia lebih lama. Kehidupan seks pun disinyalir akan lebih seru saat seseorang menikah muda. Pasti setuju, dong akan hal ini. Jadi, pesannya hanya satu. Jangan lupa untuk mendewasakan pikiran ya. Jangan hanya mau enaknya saja karena sebagai suami istri kalian harus bisa bertahan sama-sama dalam kondisi sesulit apa pun. Oke! Berlogikalah yang tepat maka rumahtangga kalian akan tetap selamat.
18. Tidak ada yang namanya kecocokan
Well, percayakah bahwa tak ada satu pun pasangan di dunia ini yang cocok 100% satu sama lain? Harus percaya karena sebenarnya memang iya. Tiap individu dilahirkan, dididik, dan tumbuh di dalam keluarga yang punya latar belakang berbeda baik dari segi kelas sosial, tingkat pendidikan, budaya, hingga agamanya. Adik dan kakak yang lahir dari seorang ibu yang sama pun punya karakter yang tak sama, saudara kembar juga sering justru sangat bertolak belakang. Artinya, setiap manusia memang dilahirkan berlainan. Tiap orang punya karakter khusus yang merupakan persona spesial di mana yang membedakannya dengan personal lain di dunia. Apalagi kamu dan pasanganmu. Jelas sangat kontras. Jadi jangan harap kamu dan dia akan sangat cocok di luar dan seutuhnya. Tidak bakalan.
Oleh karena itu di sinilah pentingnya toleransi, empati, dan adaptasi. Jika kamu sudah merasa pasanganmu adalah orang yang tepat, maka hal utama yang harus kamu lakukan adalah memahami semua perbedaan sudut pandang dan menggunakan masalah besar yang akan berimbas pada masalah berlarut-larut. Ingat, belum tentu juga ia bisa menerima 100% sifatmu. BIsa jadi selama ini juga sudah sangat bertoleransi namun kamu tidak tahu. Jadi, kalau urusannya tidak cocok, tentu tidak akan ada suami istri yang cocok dengan semua itu. Jadi, berhentilah untuk merasa tidak cocok saat kalian sedang mempunyai masalah, ya. Karena yang penting bukan klopnya kamu dengan dia atau dia dengan kamu, tapi mau atau tidaknya kalian berdua bertahan satu sama lain dan menjadikan ketidakcocokan yang ada jadi satu fondasi baru yang bisa dibangun atas dasar toleransi dan mau memahami.
{nextPage}
Justru dengan adanya ketidakcocokan, kamu dan dia jadi bisa tahu kekurangan dan kelebihan diri kalian masing-masing. Apa yang kalian suka dan tak suka dan pribadi masing-masing yang kemudian bisa dibenahi sama-sama. Mengapa harus berusaha sebegitunya? Karena kalian akan menangani urusan ini setiap hari seumur hidup. Jika kamu tidak mampu toleransi, maka ya sudah. Masalah akan berada di situ-situ saja dan kondisi rumah tanggamu tidak berkembang ke bentuk baru yang lebih matang.
19. Dua kepala yang berbeda
Tak sama dengan poin di atas, dua kepala yang berbeda di sini artinya kalian tidak boleh bebas pendapat satu sama lain saat berargumentasi. Mengapa? Karena Setiap orang ingin dihargai. Dengarkan saja apa yang ingin disampaikan dan sampaikan pendapatmu dengan alasan-alasan yang mendukung. Karena berdebat terus-terusan dengan dua isi kepala ini, maka kalian akan menyalahkan dan salah satunya nanti akan sakit hati karena pemikirannya dianggap salah dan apa yang diketahuinya selama ini diserang secara bar-bar. Jangan begitu. Biar bagaimana berdebatlah dengan cerdas meski dengan pasanganmu sendiri. Karena jika kamu atau dia cerdas dalam menyampaikan pendapat, maka kesempatan untuk didengar dan diterima menjadi jauh lebih besar daripada marah-marah, menyudutkan, dan nyalah-nyalahin pasangan yang hanya akan diganti 'perang' tanpa akhir. Kepalamu dan kepalanya tak akan punya isi yang sama. Jadi berkompromilah untuk tetap sejalan di atas perbedaan itu.
20. Dua keluarga jadi satu
Nah, ini yang sulit untuk sebagian besar calon suami dan istri Asia, khususnya di Indonesia. Pernikahan bukan hanya tentang kamu dan dia tapi juga mereka. Ayah, ibu, nenek, adik, sepupu, mertua, besan, ipar, tante, tante ipar, oom mertua, dan lain sebagainya. Ini semua tentang keluarga besar yang benar-benar luas. BESAR dan MELEBAR. Keluargamu jadi sangat banyak dan kamu berdua harus bisa jadi bagian dari mereka semua. Masalahnya, kamu dan pasanganmu saja tidak 100% cocok. Apalagi kamu dan keluarga calon suamimu serta calon suamimu dan keluargamu. Ini yang sering jadi masalah utama dalam kehidupan berumah tangga di Asia. Keluarga kerap dijadikan alasan perceraian perpecahan dalam rumah.
Oleh sebab itu, jika kamu ingin menikah muda, pastikan kamu siap menghadapi hal-hal semacam ini. Tak semua keluarga besar merepotkan. Bahkan banyak sekali keluarga besar yang sangat membantu dan merasa sangat cocok dengan calon pengantin hingga dianggap sebagai anak atau keluarga sendiri melebihi anak, cucu, adik, kakak, sepupu, atau keponakannya sendiri. Namun, beberapa dari mereka banyak juga yang mengalami ketidakcocokan sehingga akhirnya terjadi perpecahan hubungan antar-keluarga. Jika bisa dihindari, hindarilah hal semacam ini. Jika ada masalah, baik-baiklah dengan pasangan dan carilah jalan keluarnya. Karena biar bagaimanapun, pasanganmu adalah anggota keluarga dan kamu adalah anggota keluarganmu. Jadi, sesengit apapun masalahnya, kamu tetap harus kompromi dengan situasi. Selama masih bisa diatasi rasanya semua akan baik-baik saja.
21. Menyelaraskan harapan
Pastikan harapanmu dan suamimu akan masa depan setidaknya sama. Ini penting untuk mewujudkan rumah tangga yang seiya sekata. Jangan sampai harapan kalian berdua jauh berebeda karena ini akan membuat segalanya jadi sangat timpang. Usahamu dan usahakan untuk mencapai kepuasan bersama tercapai saat kepuasan individu hanya bisa dirasakan seorang diri. Bangunlah harapan sama-sama dan mimpi akan hari depan yang setidaknya serupa. Agar kalian bisa berusaha bersama yang hasilnya juga bisa dinikmati dan disyukuri berdua. Kalau hanya harapan sendiri yang direalisasi dan pasangan tak bisa menikmati apalagi menikmati, untuk apa hidup berdua?
22. Proses adaptasi dan saling mengenal yang tak pernah berhenti
Ini juga jadi salah satu syarat penting saat kamu akan menikah di usia belia. Proses adaptasi dalam berumahtangga itu tak akan pernah berhenti. Mengenal pasangan dengan segala buruknya akan terus kamu lakukan sampai nanti. Begitu juga pada anak. Kamu pun harus beradaptasi dan mengenal karakter anakmu terus-menerus seiring proses tumbuh kembangnya. Akan ada banyak sifat baru yang muncul dari mereka dan juga dari dirimu pada usia-usia tertentu. Saat suami mengalami krisis paruh baya, saat anak pubertas, atau saat dirimu menopause, semua akan berubah secara alami. Jadi bersiaplah dengan itu semua karena jika kamu menghadapinya dengan santai, tentu segalanya akan baik-baik saja. Bukalah selalu hati dan pikiranmu untuk menerima hal-hal baru yang berhubungan dengan perubahan sikap keluarga kecilmu. Maka nantinya semua akan terasa lebih mudah.
23. Memahami rentang hidup
Masa hidup atau dalam ilmu psikologis biasa disebut dengan jenjang kehidupan, adalah sebuah tahap dalam siklus hidup manusia yang tak bisa ditolak. Dari bayi kemudian berubah jadi anak, lalu jadi remaja, dewasa, dewasa, dewasa akhir, hingga lansia, adalah jenjang hidup yang pasti dialami oleh setiap manusia tanpa harapan. Ini harus dipahami karena setiap jenjang punya tantangan masing-masing untuk dilalui. Ada masa kesepian yang dialami saat masuk usia lansia, ada masa kembali muda yang dirasakan saat masuk umur pertegahan 40, ada masa depresi menjelang hari tua yang diemban oleh mereka yang sudah dekat dengan angka 60, bahkan sulit meninggalkan masa muda di usia 30, bahwasanya akan dialami oleh siapa saja. Jangan takut karena ini akan menyenangkan. Jika kamu hidup berdua dengan pasanganmu nanti,
Berbahagialah jika kamu siap menikah muda dan bisa menjahit banyak kenangan seru sama-sama. Masa tuamu akan kaya akan kisah yang bisa terus tersimpan dalam hati dan memori hingga akhir waktu. Percaya, itu semua akan indah kalau kamu mau bertahan dan mampu memperjuangkan rumahtanggamu sampai setua itu.
{nextPage}
24. Bersenang-senanglah sama-sama
Seorang Jendral Besar Pemimpin Perang Pasifik bernama Douglas McArthur pernah menuliskan surat untuk anaknya yang kemudian dikenal dengan sebutan 'Letter to Son'. Di situ ia menuliskan bahwa "Tuhanku, bentuklah putraku menjadi anak yang tetap punya selera humor agar ia tetap bisa bersungguh-sungguh tanpa harus bersungguh-sungguh". Di sini, rumah tangga pun demikian. Bangunlah rumah tanggamu dengan serius dan sungguh-sungguh namun tanpa perhatian bersungguh-sungguh.
Selipkan banyak tawa di dalamnya, selipkan banyak juga nilai dan tata krama yang bisa menjadikan putra putrimu kelak jadi anak yang baik dan berbudi luhur namun tetap lucu dan mampu menghibur orang lain dengan banyak cinta yang dengan disiplin tinggi sehingga keluargamu bisa jadi keluarga yang siap untuk melepas anak-anakmu ke masyarakat, serta jangan lupa untuk bersenang-senang bersama dengan liburan, main permainan sederhana, atau menonton serial menonton favorit bersama. Nanti, kamu akan tahu bahagianya punya keluarga yang bersungguh-sungguh tanpa peduli bersungguh-sunguh. Bisa sangat serius tapi bisa sangat ramai dalam waktu yang bersamaan.
25. Pertahankan hobi
Saat menikah, jangan kesampingkan hobimu karena ini adalah penyelamat saat kamu sedang penat. Tak bisa dipungkiri, yang namanya hidup setiap hari bersama akan bosan. Tak mungkin tidak. Tidak, salah satu penyelamatmu dari kebosanan itu adalah hobimu. Jika kamu senang koleksi sesuatu, lihatlah koleksimu, bersihkan, tata ulang, atau bahkan beli yang baru agar kamu atau pasangan bisa punya aktivitas baru. Jika pasangan suka main game konsol, perbolehkanlah untuk memilikinya karena itu adalah cara terbaiknya untuk menikmati waktu kamu yang jarang dimiliki. Atau jika kamu atau pasangan suka kemping, naik gunung, atau pergi bersama teman-teman, perbolehkanlah. Justru ini yang akan melihatmu saat sedang sendiri. Jangan lupa untuk memiliki hobi karena tentu kamu juga tidak ingin dilarang saat kamu suka aktivitas tertentu. Sebab adanya larangan sama saja dengan pengekangan. Selama itu positif dan tidak merugikan siapa-siapa maka bersenang-senang itu penting, lho.
26. Mulai semuanya dari nol
Jangan takut untuk memulai segalanya dari nol saat usia yang relatif muda. Jika kamu siap untuk menikah muda, artinya kamu harus siap menerima segala perjuangan yang akan kamu lakukan bersama pasangan. Jika pasanganmu belum jadi apa-apa, maka dukung terus sampai ia berada di puncak kesuksesannya. Selalu dan jangan banyak menuntut adalah merupakan salah satu kunci utama dari hubungan yang akan bertahan lama.
27. Bertengkar untuk belajar
Kadang-kadang, tidak abadi. Dari, kamu bisa banyak pelajaran yang berhubungan dengan cara menahan emosi, memahami pasangan, mempelajari apa yang tidak ia sukai dari sikapmu begitu juga sebaliknya, dan yang terpenting adalah belajar menjadi diri sendiri agar mengambil alih tentang hal itu-itu saja tak selalu terjadi. Jadi, dalam rumah tangga pasti terjadi. Jangan masalah sedikit saja kamu meminta cerai. Ingat bahwa kamu harus bersamanya setiap hari dan sampai maut memisahkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan bahan introspeksi agar bisa menjadi suami istri yang lebih baik di kemudian hari.
28. Pentingnya apresiasi
Nanti, kalau kamu sudah jadi suami dan istri, bahkan ibu dan ayah, atau bagian dari keluarga besar suamimu, jangan lupa untuk selalu memberi apresiasi terhadap hal-hal kecil karena ini akan sangat besar dan membahagiakan orang-orang di sekitarmu, terutama suami dan anak -anakmu. Puji mereka saat melakukan upaya serta hal baik apa pun. Saat suami naik gaji, naik jabatan, atau sesederhana mampu memperbaiki lampu yang rusak, mobil yang mogok, memsakkanmu sesuatu, hingga saat anak-anakmu dapat melakukan pelaksanaan-pencapaian tertentu, berilah apresiasi karena nantinya mereka akan sangat senang melakukan hal baik terus menerus. Di mana lagi mereka bisa mendapatkan apresiasi yang tulus kalau bukan dari keluarga sendiri. Biasakanlah hal baik ini karena kamu pun nanti akan menerima apresiasi yang sama.
29. Jaga privasi
Nah, ini yang sering jadi masalah dan biang kericuhan suami istri. Saat masing-masing tak tahu menghargai privasi. Jika kalian terbiasa mengecek handphone pasangan selama pacaran, melihat siapa yang sedang diajak ngobrol di whatsapp, mengangkat telepon bukan untukmu, sampai meminta segala kata sandi media sosial sang pacar, maka hal ini adalah HAL PALING TIDAK BOLEH dilakukan saat menikah karena ini adalah privasi paling sederhana yang mungkin jarang diketahui oleh mereka yang hobi ngecek-ngecek barang pribadi pasangannya.
{nextPage}
Waspada memang penting, tapi mengusik privasi orang lain adalah hal yang mencermikan ketidakpercayaanmu pada pasangan terutama dalam menjalin hubunganmu sendiri. Kamu saja tidak percaya apakah hubungan yang kamu jalani aman atau tidak. Jadi untuk apa dilanjutkan? Jika memang dari awal tidak ada landasan kepercayaan, lebih baik kamu berpikir ulang untuk tetap melangsungkan pernikahan atau tidak. Namun jika kecurigaan tersebut baru muncul setelah menikah, lebih baik diungkapkan saja daripada harus sembunyi-sembunyi mengobrak-abrik barang pribadi milik pasangan. Jika ia berbohong atau melakukan sesuatu yang tak kamu inginkan, lama kelamaan pasti akan ketahuan tanpa harus dicari tahu. Kalau sudah begini, tinggal kamu tentukan sendiri jalan terbaiknya harus bagaimana. Karena mengganggu privasi,
Bagaimana rasanya dikuntit terus-terusan setiap hari kemanapun kamu pergi padahal di rumah sudah satu kasur setiap hari? Tidak enak, kan ? Jadi jangan lakukan ini, ya. Sebab seperti kamu sendiri, setiap orang butuh ranah privasinya sendiri-sendiri karena di situ ia bisa merasa aman sebagai pribadinya sendiri. Sebagai dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain termasuk suami atau istrinya dan setiap pasangan WAJIB menghargai itu.
30. Cinta dan perasaan akan memudar seiring berjalannya waktu
Terakhir, satu hal yang perlu kamu tahu adalah rasa cinta dan getaran rasa akan memudar seiring berjalannya waktu. Oleh sebab itu, jika poin 1 sampai 29 bisa kamu lewati dengan baik, ia adalah bekal terbaik yang akan mempersiapkanmu dan pasangan dari rasa hubungan yang hampa selama bertahun-tahun lamanya. Meski rasa cinta dan getar rasa itu hilang, namun kenangan akan terus ada dan bertahan selamanya. Begitu pula rasa saling membutuhkan satu sama lain yang kemudian akan mengalahkan hilangnya cinta yang ada. Semakin bertambah usia orang akan saling membutuhkan. Orang tak lagi mementingkan getaran sebagaimara namun kasih sayang dan kepedulian tulus yang datang dari orang-orang yang bertahun-tahun setia disampingnya dan tahu segala naik dan turun kisah hidupnya. Saat usia senja yang manusia butuhkan hanya lawan bicara. Oleh sebab itu, panenlah kenangan saat kamu masih muda sehingga saat rasa cinta itu tiada, kamu masih bisa saling bercerita tentang masa yang sudah tertinggal di belakang sana. Mengulas memori untuk saling menemani sampai waktu kemudian habis.
Saling setialah kamu para pasangan muda yang akan menikah. Bersiaplah untuk perjalanan baru yang akan dilewati dan jangan pernah menyerah akan apa yang terjadi nanti. Jangan kuatirkan masa depan karena belum terjadi. Jangan pula kuatirkan masa lalu karena itu hanya ilusi. Berbuat sebaik-baiknya untuk saat ini karena ini adalah waktu paling nyata untuk dihidupi.
Referensi: Herworld