Mengenal 5 Tradisi Unik Orang Sunda
Sunda adalah salah satu suku besar yang terkenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa bagian barat. Dengan jumlah orang Sunda yang hampir mencapai 30 juta jiwa, dan terus bertambah, Suku Sunda diakui sebagai etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah Suku Jawa. Kebanyakan orang Sunda menganut agama Islam, walaupun ada juga yang beragama Kristen, katolik, Buddha dan hindu. Mata pencaharian yang terutama di Suku Sunda adalah petani. Mereka menghidupi keluarga dengan bercocok tanam, juga karena tempat tinggal mereka yang kebanyak tidak jauh dari pedesaan. Tetapi tidak sedikit orang Sunda yang memiliki profesi selain petani, seperti contohnya pedagang keliling, penambang pasir, dan lain-lain.
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik. Suku Sunda juga istimewa dalam hal lagu dan tarian tradisional mereka. Lagu yang terkenal dari Sunda misalnya Bubuy Bulan, Es Lilin, Tokecang, dan lain-lain. Sedangkan tarian tradisional yang mereka sering tampilkan dalam acara-acara penting seperti tari merak, tari jaipong, dan tari topeng.
Mereka juga dikenal melalui makanan yang berbeda dari kebanyakan suku di Indonesia, yakni tempe dan tahu goreng, ayam goreng, lalapan, Es Dawegan, dan masih banyak lagi. Uniknya, pada saat orang sunda makan, mereka lebih senang makan dengan menggunakan tangan.
Suku Sunda merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia setelah Suku Jawa. Dan seperti halnya suku - suku lainnya di Indonesia, maka suku Sunda di Jawa Barat ini juga memiliki keunikaannya tersendiri. Keunikan tersebut tentunya menjadi ciri khas dan jati diri dari Suku Sunda tersebut.
Berikut ini adalah contoh beberapa keunikan tradisi masyarakat suku Sunda di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang, antara lain :
1. Tradisi Reuneuh Mundingeun
Tradisi pertama dari masyarakat suku Sunda adalah Tradisi Reuneuh Mundingeun. Tradisi unik tersebut adalah sebuah tradisi ditujukan kepada kaum wanita Sunda yang sedang mengandung, namun usia kandungannya telah mencapai usia 9 bulan 10 hari lebih sebagaimana normalnya usia kehamilan akan tetapi belum juga melahirkan.
Masyarakat suku Sunda menyebut keadaan yang seperti itu wanita hamil yang belum melahirkan tersebut dijuluki dengan sebutan Reuneuh Mundingeun atau yang dalam bahasa Indonesianya adalah Kerbau Bunting.
Seorang wanita yang sedang hamil tersebut akan diarak oleh Indung Beurang (Ibu Siang) dan diharuskan untuk mengelilingi rumah dan kandang kerbau sebanyak 7 kali dengan di iringi oleh bacaan do'a - do'a.
Kemudian wanita yang sedang hamil tersebut akan dimandikan oleh Indung Beurang, setelah itu dia akan disuruh masuk kembali kerumahnya. Walaupun tradisi tersebut sekarang ini sudah jarang di lakukan oleh masyarakat suku Sunda yang tinggal di kota, namun kita masih bisa menjumpai tradisi unik tersebut pada masyarakat pedesaan.
Menurut masyarakat suku Sunda, tujuan dari upacara adat dan tradisi unik ini adalah agar perempuan yang sedang hamil tersebut dapat segera melahirkan dengan selamat, dan supaya dia dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Tradisi Puput Pusteur
Tradisi unik yang kedua adalah tradisi puput pusteur. Tradisi unik yang satu ini biasanya diadakan dalam bentuk acara selamatan, yakni ketika tali pusar pada bayi telah terlepas.
Selanjutnya tali pusar tersebut akan dimasukkan kedalam Kanjut Kundang oleh Indung Beurang, lalu tali pusar itu akan ditimbun dengan uang logam berbalut kapas, dan diikatkan pada bagian perut si bayi tersebut.
Setelah prosesi pemberian nama pada bayi tersebut, kemudian akan dibacakan doa selamat sambil disajikan hidangan berupa bubur ketan merah dan bubur ketan putih. Tujuan dari tradisi unik ini adalah agar kelak nanti bayi atau anak tersebut akan hidup berdampingan secara rukun dengan semua saudara-saudaranya.
3. Tradisi Nenjrag Bumi
Tradisi unik yang ketiga adalah Tradisi Nenjrag Bumi, dimana dalam tradisi unik ini seorang bayi yang baru lahir akan diletakkan ditanah, kemudian sang Indung Beurang harus memukulkan palu ketanah dekat si bayi sebanyak 7 kali.
Kemudian Indung Beurang juga akan menghentakkan kakinya ketanah sebanyak 3 kali. Adapun tujuan dari tradisi Nenjrag Bumi ini adalah agar kelak nanti sang bayi tersebut tumbuh dan menjadi seorang anak yang dapat menaklukkan kerasnya kehidupan dunia ini.
4. Tradisi Upacara Ekahan
Tradisi ini sebetulnya juga di lakukan oleh suku - suku lain di Indonesia terutama bagi mereka yang menganut agama Islam. Kata ekah sendiri adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yakni dari kata aqiqatun “anak kandung”.
Tradisi upacara Ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian Tuhan, atau ungkapan rasa syukur telah dikaruniai anak oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sebagaimana juga di ajarkan dalam agama Islam.
Tujuan lain dari tradisi Ekah ini adalah mendo'akan anak tersebut agar kelak menjadi orang yang saleh dan berbakti kepada orang tuanya. Tradisi upacara Ekah ini biasanya diselenggarakan setelah bayi berusia 7 hari, atau 14 hari, atau kadang - kadang juga berusia 21 hari.
Sebagai perlengkapan tradisi upacara tersebut disediakan domba atau kambing untuk disembelih. Apabila bayi tersebut adalah laki - laki maka domba yang di sediakan sebanyak dua ekor, dan jika bayi tersebut adalah perempuan maka domba yang di sediakan cukup satu ekor saja.
Selanjutnya domba tersebut disembelih oleh ahlinya atau yang di sebut sebagai Ajengan dengan pembacaan doa selamat. Kemudian domba tersebut di olah dan dimasak lalu dibagikan kepada tetangga dan kerabat.
5. Tradisi Upacara Nurunkeun
Tradisi unik yang kelima adalah tradisi upacara Nurunkeun. Tradisi unik ini adalah upacara yang di lakukan ketika seorang bayi di bawa keluar rumah untuk pertama kalinya. Tujuannya adalah mengenalkan lingkungan dan memberitahukan kepada para tetangga bahwa bayi itu sudah dapat digendong dan dibawa berjalan-jalan di halaman rumah.
Tradisi upacara Nurunkeun dilaksanakan setelah 7 hari setelah upacara Puput Pusteur. Dalam tradisi ini biasanya diadakan pengajian yang tujuannya adalah untuk keselamatan.
Sebagai pelengkap tradisi unik ini maka hiburannya biasanya berupa pohon tebu atau pohon pisang yang digantungi dengan aneka jenis makanan, dan mainan anak-anak yang diletakan di ruang tamu, untuk kemudian akan diperebutkan oleh para tamu terutama oleh anak-anak yang hadir di acara tersebut.