Hukum Merayakan Malam Tahun Baru Bagi Umat Muslim: Setiap Malam Adalah Malam Tahun Baru

hukum-merayakan-malam-tahun-baru-bagi-umat-muslim
Foto: Freepik

Masyarakat di berbagai belahan dunia biasanya selalu menggelar perhelatan malam pergantian tahun. Termasuk di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Oleh karena itu, setiap tahun masih banyak yang membahas bagaimana hukum merayakan malam tahun baru Masehi bagi umat Islam.

Namun beda halnya dengan dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (FAI UMJ) Dr. Muhammad Choirin, Lc., MA. Beliau lebih tertarik membahas tentang refleksi dan muhasabah yang dapat dilakukan oleh umat Muslim.

“Bagi umat Muslim, setiap malam adalah malam tahun baru. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa yang sudah lewat itu berlalu, sementara yang akan datang itu sifatnya gaib. Allah meminta pada hamba-Nya untuk memaksimalkan waktu saat ini. Maka justru yang harus dimaksimalkan adalah waktu saat ini,” ungkap Choirin.

Selain itu Choirin juga menyoroti aspek ekonomi terkait perayaan Tahun Baru yang dianggapnya tidak fair. Contohnya pada peringatan tahun baru Masehi, terdapat diskon di mana-mana. Sedangkan saat kita hendak memasuki Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, harga-harga malah melambung tinggi.

Belum lagi perihal perayaan tahun baru yang dimeriahkan dengan dentuman mercon, tiupan trompet, hingga bakar kembang api. “Itu kemubaziran. Secara ekonomi bisa dikuantifikasi berapa jumlah rupiah yang terbakar pada malam itu, dan tentu Allah SWT tidak menghendaki perbuatan itu,” ujar Choirin lagi.

Oleh sebab itu Choirin merekomendasikan aktivitas yang lebih bermakna dan berdampak pada kehidupan. Sebagai agama yang mengatur setiap detail kehidupan manusia, Islam mengajarkan agar dapat menghabiskan malam dengan muhasabah.

“Tentu sebagaimana hari-hari dan malam-malam yang lain bagi umat Muslim, setiap malam adalah malam refleksi, muhasabah, review atas perjalanan hidup dari bangun tidur di pagi hari hingga hendak tidur memejamkan mata,” kata Choirin.

Choirin menceritakan kisah seorang sahabat Nabi yang setiap malam selalu mengingat kesalahan orang lain pada dirinya dan memaafkannya. Kemudian mengingat kesalahan yang dilakukannya pada orang lain dan memohon ampunan pada Allah SWT.

“Sahabat ini tidak tidur kecuali setelah memaafkan semuanya. Sehingga dia tidur dalam keadaan rileks, jiwanya tenang. Maka dari itu kita harus melakukannya saat malam tahun baru dan malam-malam lainnya. Kita tidak tidur pada suatu malam kecuali hati kita bersih, memaafkan semua kesalahan-kesalahan orang,” ungkapnya.

Nabi Muhammad SAW mencontohkan saat hendak akan tidur diawali dengan berwudu, salat dua rakaat, dan berniat untuk tidur. Posisi tidur disunahkan menghadap kiblat dengan lambung kanan di sebelah kanan, dan tangan diletakkan di pipi, kemudian dilanjutkan dengan berdoa.

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِرَسُولِكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

“Ya AIlah, aku berserah diri kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dengan berharap-harap cemas, karena tidak ada tempat berlindung dan tempat yang aman dari azab-Mu kecuali dengan berlindung kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan aku beriman kepada Rasul-Mu yang telah Engkau utus.”

Choirin menerangkan bahwa doa ini sangat luar biasa dan menyayangkan sebagian umat muslim yang malah menggunakan headset agar bisa tidur. Menurutnya justru tata cara tidur ala Rasulullah ini dapat menghasilkan kualitas tidur yang jauh lebih baik. Hal ini karena sebelum tidur telah memaafkan segala kesalahan orang lain.

“Keesokan harinya bangun lebih awal, salat tahajud, fresh, energi bertambah dan dengan demikian wajar apabila umat muslim memiliki produktivitas tinggi. Tidak bangun terlambat, karena semakin bangun terlambat maka semakin kusam wajahnya. Harinya pada saat itu tidak aktif, maka kehidupannya tidak bisa produktif,” jelas Choirin.

Dari penjelasan tersebut, Choirin menyampaikan bahwa umat Muslim dapat menjadikan setiap malam seperti malam tahun baru yakni muhasabah setiap akan tidur. Tidak dengan bergadang, melainkan senantiasa berusaha lebih produktif di masa-masa mendatang.

“Jika tahun baru selalu hadir dengan resolusi-resolusi baru, bahwa ketahuilah, setiap orang Islam setiap malamnya adalah resolusi-resolusi baru untuk masa depan yang lebih bagus,” pungkasnya.

Penulis : Dinar Meidiana
Editor : Tria Patrianti
Artikel ini telah dipublikasikan di https://umj.ac.id