Sistem Pesan Internal OpenAI Diretas Pada Tahun 2023 Tetapi Perusahaan Merahasiakannya dari Publik, Ini Alasannya

Sistem pengiriman pesan internal OpenAI dilaporkan diretas tahun lalu, yang menyebabkan desain teknologi AI-nya dicuri. Pembuat ChatGPT telah memberi tahu karyawan dan dewan direksinya tentang peretasan tersebut tetapi merahasiakan informasi tersebut dari publik. Perusahaan tersebut mengungkap alasannya.
sistem-pesan-internal-openai-diretas
OpenAI

Pada tahun 2023, seorang peretas menyusup ke sistem pengiriman pesan internal OpenAI perusahaan di balik ChatGPT, menurut laporan The New York Times yang diterbitkan pada hari Kamis. Dilaporkan, peretas tersebut mengekstrak informasi dari forum daring tempat karyawan OpenAI mendiskusikan teknologi terbaru perusahaan, dan mencuri informasi mengenai desain teknologi AI perusahaan tersebut. Namun, peretas tersebut tidak dapat mengakses sistem tempat perusahaan membangun AI-nya. Sesuai laporan, OpenAI telah memberi tahu karyawannya dan dewan direksi tentang peretasan tersebut, tetapi tidak mengungkapkan informasi tersebut kepada publik. Laporan tersebut mengungkapkan alasan mengapa perusahaan tersebut melakukan hal itu.

OpenAI mengklaim bahwa informasi tersebut disembunyikan dari pelanggan karena perusahaan menemukan bahwa tidak ada informasi milik pengguna yang dibobol dalam dugaan peretasan tersebut. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa para eksekutif OpenAI mengambil keputusan untuk tidak membagikan informasi tersebut ke publik karena tidak ada informasi atau data terkait pelanggan atau mitranya yang dicuri dalam peretasan tersebut.
Para eksekutif OpenAI dilaporkan tidak melihat insiden tersebut sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Mereka yakin peretas tersebut adalah individu independen yang tidak memiliki hubungan dengan pemerintah asing mana pun. Akibatnya, perusahaan yang didukung Microsoft tersebut juga tidak memberi tahu lembaga penegak hukum federal tentang pelanggaran tersebut.

Pada bulan Mei tahun ini, OpenAI melaporkan bahwa mereka telah menggagalkan lima operasi pengaruh terselubung yang berupaya menyalahgunakan model AI-nya untuk aktivitas penipuan daring. Perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa pelaku ancaman ini menggunakan teknologi AI-nya untuk membuat komentar pendek, artikel panjang dalam berbagai bahasa, dan membuat nama dan bio palsu untuk profil media sosial selama tiga bulan terakhir. Perusahaan yang dipimpin Sam Altman tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa operasi tersebut merupakan "upaya untuk memanipulasi opini publik atau memengaruhi hasil politik."

Kampanye tersebut melibatkan aktor dari Rusia, Cina, Iran, dan Israel dan membahas isu-isu seperti invasi Rusia ke Ukraina, konflik Gaza, pemilihan umum India, dan masalah politik di Eropa dan Amerika Serikat, antara lain.
Laporan tentang peretasan tersebut menggarisbawahi perlunya langkah-langkah keamanan siber yang kuat dan transparansi, terutama bagi organisasi yang berada di garis depan pengembangan AI. Karena AI terus membentuk masa depan kita, memastikan penerapannya yang etis dan aman tetap menjadi hal yang terpenting.