7 Tanda Kamu Terjebak di Fase Stonewalling dalam Hubungan, Apa Itu?
Foto representatif by: freepik.com/author/billionphotos |
Dalam sebuah hubungan, komunikasi yang sehat adalah fondasi utama untuk menjaga kedekatan dan harmoni antara pasangan. Namun, ketika salah satu atau bahkan kedua pihak mulai menghindari diskusi atau konflik dengan cara mengabaikan, membisu, atau menutup diri, ini bisa menjadi tanda adanya stonewalling. Apa itu stonewalling? Dan bagaimana kamu bisa mengenali jika hubunganmu sudah berada di fase ini?
{getToc} $title={Daftar Isi}
Apa Itu Stonewalling?
Stonewalling adalah istilah dalam psikologi yang menggambarkan situasi ketika seseorang menutup diri secara emosional atau berhenti berkomunikasi dengan pasangannya, biasanya sebagai respons terhadap konflik atau ketegangan dalam hubungan. Bukannya menyelesaikan masalah, seseorang yang melakukan stonewalling memilih untuk "membangun tembok" dan menghindari percakapan yang sulit.
Taktik ini sering kali dilakukan secara tidak sadar sebagai mekanisme pertahanan, tetapi dampaknya bisa sangat merusak hubungan. Stonewalling dapat menciptakan jarak emosional, memperbesar konflik yang belum selesai, dan merusak kepercayaan antara pasangan.
Tanda-Tanda Kamu Terjebak di Fase Stonewalling
Berikut adalah tujuh tanda bahwa kamu atau pasanganmu mungkin sedang terjebak dalam fase stonewalling:
1. Menghindari Diskusi yang Sulit
Apakah kamu atau pasangan cenderung menghindari percakapan yang memerlukan penyelesaian masalah atau pembahasan emosional? Jika salah satu dari kalian selalu berusaha mengalihkan topik atau menunda pembicaraan, ini bisa menjadi tanda stonewalling.
2. Diam dan Tidak Menanggapi
Sikap diam sering kali menjadi senjata utama dalam stonewalling. Ketika pasangan mencoba memulai percakapan, tetapi hanya mendapat tanggapan berupa keheningan atau jawaban singkat tanpa makna, ini menunjukkan adanya jarak emosional yang mulai terbentuk.
3. Sikap Acuh Tak Acuh
Ketika salah satu pasangan terlihat tidak peduli atau tidak menunjukkan minat untuk mendengarkan atau menyelesaikan masalah, itu bisa menjadi bentuk stonewalling. Sikap ini sering kali memperburuk konflik karena pihak lain merasa diabaikan.
4. Menghindari Kontak Mata
Kontak mata adalah bagian penting dari komunikasi yang tulus. Seseorang yang melakukan stonewalling mungkin sengaja menghindari kontak mata selama percakapan sebagai cara untuk menjauh dari situasi atau menolak terlibat secara emosional.
5. Pergi dari Situasi Saat Konflik Muncul
Alih-alih menghadapi konflik, seseorang yang stonewalling mungkin memilih untuk pergi dari ruangan atau menghentikan percakapan secara tiba-tiba. Sikap ini menunjukkan keengganan untuk menghadapi masalah.
6. Menggunakan Kesibukan Sebagai Alasan
Apakah pasanganmu sering mengatakan "Aku sibuk sekarang, nanti saja," tanpa benar-benar kembali pada topik yang ditunda? Menggunakan alasan kesibukan untuk menghindari diskusi penting juga bisa menjadi bentuk stonewalling.
7. Merasa Hubungan Tidak Lagi Produktif
Jika kamu merasa tidak ada kemajuan atau solusi dalam hubunganmu, meskipun kamu sudah mencoba membahas masalah dengan pasangan, ini bisa menjadi tanda bahwa stonewalling sedang terjadi. Pasangan yang terus-menerus menutup diri membuat hubungan terjebak dalam pola yang stagnan.
Mengapa Stonewalling Berbahaya?
Foto representatif by: freepik |
Stonewalling dapat menjadi racun dalam hubungan karena menciptakan perasaan keterasingan dan frustrasi. Ketika komunikasi berhenti, masalah-masalah kecil yang tidak diselesaikan dapat menumpuk dan berubah menjadi konflik besar. Selain itu, pasangan yang merasa diabaikan cenderung kehilangan kepercayaan dan rasa aman dalam hubungan.
Selain merusak dinamika pasangan, stonewalling juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental kedua belah pihak. Pihak yang melakukan stonewalling mungkin merasa tertekan oleh konflik yang dihindari, sementara pihak yang menjadi korban sering kali merasa tidak dihargai atau tidak dicintai.
Cara Mengatasi Stonewalling
Jika kamu menyadari adanya tanda-tanda stonewalling dalam hubunganmu, penting untuk segera mengambil langkah untuk mengatasinya. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
- Kenali Penyebabnya: Cobalah memahami mengapa salah satu pihak melakukan stonewalling. Apakah karena stres, rasa takut terhadap konflik, atau ketidakmampuan mengungkapkan emosi? Mengetahui akar masalah adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
- Ciptakan Lingkungan yang Aman untuk Berkomunikasi: Pasangan akan lebih mudah terbuka jika merasa didengar dan tidak dihakimi. Hindari nada suara yang mengintimidasi atau menyalahkan saat mencoba berbicara.
- Berikan Waktu untuk Tenang: Jika stonewalling terjadi karena emosi yang terlalu intens, beri waktu untuk kedua pihak menenangkan diri sebelum melanjutkan diskusi. Setelah itu, cobalah berbicara dengan kepala dingin.
- Gunakan I-Statement: Saat berbicara, gunakan "Aku merasa..." daripada "Kamu selalu..." untuk menghindari nada menyalahkan. Contohnya, "Aku merasa sedih saat kamu menghindari pembicaraan ini," alih-alih "Kamu selalu lari dari masalah."
- Pertimbangkan Bantuan Profesional: Jika pola stonewalling sudah mengakar dan sulit diatasi, mencari bantuan konselor atau terapis hubungan bisa menjadi solusi yang efektif. Terapis dapat membantu kamu dan pasangan menemukan cara untuk membangun kembali komunikasi yang sehat.
Kesimpulan
Stonewalling adalah salah satu tantangan terbesar dalam hubungan karena dapat menciptakan jarak emosional yang sulit diperbaiki. Namun, dengan kesadaran, komunikasi yang terbuka, dan kemauan untuk berubah, kamu dan pasangan dapat keluar dari fase ini dan memperbaiki dinamika hubungan. Jika kamu merasa terjebak dalam pola stonewalling, jangan ragu untuk mencari bantuan dan bekerja sama dengan pasangan untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis.